Kamis, 22 Maret 2012

MENYIMAK


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Menyimak
Dalam bahasa Karo terdapat suatu pameo berbunyi “Tuhu nge ibegina, tapi labo idengkehkenna” yang bermakna “memang didengarnya, tetapi tidak disimaknya”. Antara suami dan istri dalam rumah tangga atau antara muda-mudi pada masa berpacaran sering terdengar main-main akan seloro, tetapi sebenarnya bermakna dalam, yang berbunyi : “abang sih, main-main saja. Kalau abang cinta sama adik, jangan hanya sekadar isi hati adik, tetapi harus juga menyimaknya!”. Para orang tua pun sering memberi nasihat kepada putra-putrinya : “kalau orang tua sedang berbicara, jangan hanya sekadar mendengar saja, masuk dari telinga kiri keluar dari telinga kanan, tetapi simaklah, dengarkanlah baik-baik, masukkan ke dalam hati”.
Memang tidak dapat disangkal bahwa di atas bumi ini terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saja, tetapi belum sampai pada taraf menyimak. Sampai-sampai Nabi Yeremia mengeluh karena jemaatnya banyak “yang mempunyai mata tetapi tidak melihat, yang mempunyai telinga tetapi tidak mendengar”. (Yeremia 5:21).
Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan antara mendengar dan menyimak. Dalam bahsa Inggris, padanan kata mendengar adalah to hear, sedangkan padanan kata menyimak adalah to listen, atau dalam bentuk gerund-nya masing-masing hearing dan listening.
Defenisi Menyimak Menurut Para Ahli
a)      Kamus Umum Bahasa Indonesi (W. J. S. Poerwadarminta 1982 : 847)
Menyimak adalah mendengarkan (mempertahankan apa yang diucapkan orang). Menyimak adalah latihan mendengarkan baik-baik.
b)      Anderson (1972) dalam Guntur Tarigan (1986 : 19)
Menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterprestasikan lambang-lambang lisan (Anderson, 1972 : 68)
c)      Russell & Russell, 1959; Anderson, 1972 dalam Guntur Tarigan (1986 : 19)
Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell, 1959; Anderson, 1972 : 69)
d)     Guntur Tarigan (1985 : 19)
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
e)      Djago Tarigan (1986)
Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur kesengajaan, direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi nonbahasa dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta interprestasi, dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut.
Bagaimana menyimak? Menyimak yaitu dengan cara bersungguh-sungguh mendengarkannya dan memahami isi pesan, penuh perhatian, dengan baik, dengan minat yang tinggi, dan pemahaman yang mendalam tentang isi pesan yang disampaikan.

2.2 Tujuan Menyimak
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak tak pernah terlewati. Secara sadar atau tidak sadar perbuatan menyimak yang dilakukan mempunyai tujuan tertentu. Menyimak dilakukan untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, dan memahami komunikasi.
Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan atau memahami bahan simakan. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa “tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan” (Tarigan, 1991:4).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan menyimak dapat dipandang dari berbagai segi, yaitu:
1.      Menyimak bertujuan untuk belajar
Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara; dengan perkataan lain, menyimak untuk belajar.
2.    Menyimak bertujuan untuk menikmati
Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipergelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audio maupun visual (audiovisual).
3.      Menyimak bertujuan untuk mengevaluasi
 Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, menyimak untuk mengevaluasi.
4.      Menyimak bertujuan untuk mengapresiasi
Ada orang menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak itu (misalnya: pembaca cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
5.      Menyimak bertujuan untuk mengkomunikasikan ide-ide
Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting untuk menunjang dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.
6.      Menyimak bertujuan untuk membedakan bunyi-bunyi
Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7.      Menyimak bertujuan untuk memecahkan masalah
Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8.      Menyimak bertujuan untuk meyakinkan
Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasive (Logan dan Shrope dalam Tarigan, 1987:56).

Kebisaan-kebiasaan jelek dalam menyimak yaitu :
1.      Menyimak Lompat Tiga
Yang dimaksud menyimak lompat tiga adalah perhatian penyimak melompat-lompat karena kecepatan berfikr menyimak + 400 kata permenit sedangkan kecepatan berbicara hanya + 200 kata permenit.
2.      Menyimak daku dapat fakta
Menyimak daku dapat fakta maksudnya penyimak berusaha menangkap satu dua fakta, dan kehilangan fakta lainnya, sehingga penyimak tidak dapat bernalar dengan baik.
3.      Menyimak Ketulian emosional
4.      Menyimak superintensif
5.      Menyimak penjelasan-penjelasan yang sulit
6.      Penolakan secara gegabah terhadap sesuatu subjek sebagian yang tidak menarik perhatian
7.      Mengkritik cara berpidato dan penampilan fisik seseorang pembicara
8.      Perhatian pura-pura
9.      Menyimak dengan pensil dan kertas di tangan.

2.3 Pengertian Menyimak Dasar
Menyimak dasar adalah kegiatan menyimak yang paling mendasar, seperti menyimak bahasa dalam setiap pembelajaran. Menyimak dasar bersifat mekanis, artinya menyimak di sini ialah menyimak yang tahapannya masih rendah atau mendasar. Contohnya seperti seorang bayi yang menyimak perkataan orang tua atau orang-orang yang berada di sekitarnya.
Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Coba perhatikan bagaimana anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak menyimak rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna. Setelah banyak menyimak, ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah disimaknya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan. Proses menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktekkan bunyi bahasa itu dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar berbicara.
Bila diperinci, peranan menyimak tersebut hasilnya seperti berikut. Menyimak berperan sebagai:
1. Landasan belajar berbahasa;
2. Penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis; dan
3. Pelancar komunikasi lisan penambah informasi.

2.4 Kemampuan Menyimak Bahasa Asing
Pada awal perkembangannya, kemampuan menyimak pada pembelajaran bahasa asing dianggap tidaklah sepenting kemampuan yang lainnya. Bahkan sebagian besar orang menganggap bahwa memiliki kemampuan berbahasa asing berarti hanya perlu memiliki kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa tersebut. Akan tetapi pada tahun 1960an para ahli mulai melihat pentingnya kemampuan menyimak pada pengajaran bahasa asing. Teori mengenai pentingnya kemampuan menyimak semakin berkembang pada tahun 1980an, ketika Gillian Brown menunjukkan bahwa pengembangan kemampuan menyimak dan berbicara (oracy) sama pentingnya dengan kemampuan membaca dan menulis (literacy).
Seperti halnya Gillian Brown, Rost juga menyatakan bahwa kemampuan menyimak berperan penting dalam proses pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua karena dapat memberikan input yang berarti bagi orang yang sedang mempelajari bahasa tersebut. Ia kemudian menekankan bahwa tanpa pemahaman akan input dalam tingkatan yang tepat maka proses pembelajaran tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu ia meyakini bahwa kemampuan menyimak sama pentingnya dengan berbicara (Rost, 1994: 141-142).
Adapun tantangan yang harus dihadapi oleh pengajar kemampuan menyimak adalah bagaimana ia dapat memberikan kesempatan pada anak didiknya untuk mengkontrol isi materi yang akan dibahas di kelas (tentu dalam tingkatan-tingkatan tertentu) dan mempersonalisasi materi tersebut agar mereka dapat merasa terlibat dengan topik yang sedang dibahas, yang pada akhirnya dapat membuat kegiatan yang akan diadakan di kelas menjadi lebih bervariasi dan bermakna. Salah satu contohnya, sang pengajar dapat meminta siswa/siswinya untuk mendengarkan rekaman audio mengenai seseorang yang sedang membahas mengenai pekerjaannya, kemudian mereka diminta untuk membuat beberapa pertanyaan untuk mewawancarai rekan sekelasnya mengenai topik yang sama.
Pemanfa’atan Teknologi Internet dalam Pembelajaran Bahasa Asing
Ketika teknologi mulai dimanfa’atkan di kelas-kelas bahasa, biasanya yang akan terlintas dibenak kita adalah penggunaan komputer. Hal ini tidak dapat kita pungkiri karena kita telah terbiasa dengan kehadiran komputer di kehidupan sehari-hari. Akan tetapi sebenarnya teknologi mencakup banyak hal. Teknologi yang biasanya dimanfa’atkan oleh pengajar dalam proses pembelajaran bahasa asing, diantaranya adalah:
a.       Rekaman audio yang dibuat secara komersil
b.      Rekaman Video, dalam bentuk: dokumentari mengenai topik-topik tertentu, film, berita, dan banyak lagi.
c.       Rekaman audio dan video yang diproduksi sendiri
d.      OHP.
Teknologi dalam bentuk lain yang saat ini sedang berkembang pesat adalah internet dan kemunculannya telah memberikan dampak pada semua aspek pendidikan dan merubah metode belajar-mengajar.
Menurut Paulsen, saat ini bukan lagi sebuah perdebatan apakah seorang pengajar harus membatasi ruang gerak teknologi dalam berkembang ataukah justru mengarahkan para muridnya untuk memanfaatkan kemutakhiran teknologi dalam proses pembelajaran (2001). Kemampuan jaringan internet untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih interaktif akan membantu pengajar dalam menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang lebih menarik pula (Li and Hart: 1996). Selain itu teknologi ini juga dapat meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar, mengekspos mereka pada pengunakan bahasa yang lebih otentik (authentic language) dan membawa mereka pada kesadaran mengenai Globalisasi (Meloni: 1998).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar